PETA 15 SUKU BANGSA DI INDONESIA
DESKRIPSI NILAI-NILAI BUDAYA 15 SUKU BANGSA
- Suku Batak
Batak adalah suku bangsa di pulau Sumatra bagian utara, orang Batak mendiami beberapa kabupaten di Sumatra Utara yakni kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Asahan.
Harga diri telah mendorong orang Batak untuk merantau sebagai nilai sosial. Faktor yang mendorong mereka merantau adalah faktor ekonomi (kemiskinan) dan faktor budaya (missi budaya), missi budaya didasarkan oleh esensi teritorial artinya tanah yang dimiliki di rantau di anggap sebagai bagian intergral dari kampung halaman. Anak dan tanah merupakan “harkat pribadi” (sahala hasangopan) yang diterjemahkan sebagai harga diri. Wanita Batak yang sudah menikah mempertahankan harga diri mereka dengan cara tidak malu untuk bekerja keras demi kemajuan pendidikan anak-anaknya. Itu juga dilandasi oleh aspek pengetahuan karena dari pengetahuan orang Batak merantau untuk mendapatkan rezeki lebih dari yang didapatkan didaerah asalnya.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:130-135)
2. Suku Bangsa Minangkabau
Suku bangsa ini menyebut daerah asalnya Ranah Minang atau Alam Minangkabau. Mereka memahami lingkup daerah itu lebih jauh lebih luas dari batas propinsi Sumatra Barat yang Sekarang.
Ranah Minang kini tidak hanya orang Minangkabau saja yang berdiam, namun warga bangsa Indonesia yang berlatar belakang etnik lain. Sedangkan orang Minang sendiri banyak yang merantau dan menetap di bagian lain wilayah indonesia. Motivasi merantau ini bukan hanya karena faktor ekonomi, tetapi diperkirakan ada kaitannya dengan kedudukan harga diri laki-laki dalam rumah tangga atau tradisi adat istiadat orang Minang sebagai nilai sosial . Prinsip adat minang juga tertuang dalam adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah (adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al Quran) yang berarti adat berlandaskan ajaran islam.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:45-47)
id.wikipedia.org/wiki/orang_minang (di akses pada 29-12-2011 pukul 15:10 wib)
3. Suku Dayak
Dayak sering disebut penduduk asli Pulau Kalimantan. Mereka tersebar di wilayah Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Kalimantan Timur, sebagai berdiam dalam wilayah Negara Malaysia.
Perkawinan orang Dayak yang dianggap ideal adalah perkawinan diantara dua orang saudara sepupu yang kakek-kakeknya bersaudara sekandung(hajenan) atau dalam bahasa ngaju dikenal saudara sepupu derajat dua, dan perkawinan antara saudara sepupu yang ibu-ibunya bersaudara sekandung. Namun perkawinan dianggap sumbang jika diantara saudara sepupu yang ayah-ayahnya bersaudara kandung(patri-paralel cousin) dan terutama perkawinan diantara orang-orang dari generasi yang berbeda. Jika itu terjadi perlu diadakan upacara penghapusan dosa yaitu kedua orang yang bersalah harus makan dari dulang tempat makan babi sambil merangkak dihadapan orang-orang yang sengaja diundang. Orang dayak sangat menghormati tradisi dari kepercayaan (religi) mereka.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:231)
4. Suku Banjar
Banjar adalah suatu kelompok etnik yang daerah asalnya di wilayyah provinsi Kalimantan Selatan. Pemukiman orang Banjar di daerah sasalnya berada dalam sepuluh wilayah kabupaten,yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapi, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Tanah Laut, dan Kota madya Banjarmasin.
Orang Banjar juga terkenal sebagai perantau, ada yang sampai Malaysia dan Saudi Arabia, namun kecenderungan mereka untuk kembali ke kampung halaman di Kalimantan Selatan selalu besar. Mereka yang pergi ke Luar negeri itu umumnya ada ketrampilan sebagai penjahit pakaian, tukang emas, dan pembuat pakaian. Tentu saja faktor ekonomi yang paling mempengaruhi mereka untuk menjadi perantau. Mereka dikenal sebagai masyarakat bahari, yang ada kaitannya dengan minat mereka sebagai pedagang. Orang banjar juga sangat menekankan norma sopan santun, bekerja keras dan tanggung jawab dan hasil kerja keras ditujukan untuk kepentingan keluarga.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:113-117)
5. Suku Bangsa Gorontalo
Gorontalo adalah suku bangsa asal yang mendiami wilayah provinsi Sulawesi Utara. Wilayah Gorontalo 42 persen keseluruhan dari wilayah Sulawesi Utara. Wilayah asal suku bangsa Gorontalo berbatasan dengan wilayah asal suku Bolaang Mongondow di sebelah timur dan wilayah suku bangsa Buol di sebelah barat.
Dalam masyarakat Gorontalo anak memperlihatkan sikap sungkan terhadap ayahnya, anak tidak boleh bergurau dengan ayahnya melainkan harus bersikap taat dan sopan. Sikap sungkan tersebut berlaku juga saudara laki-laki ayah dan ibu serta para ipar, sebaliknya seseorang lebih bersikap bebas kepada kakek, nenek, dan saudara sepupunya. Itu merupakan perwujudan dari nilai hormat kepada orang tua. Hal ini sejalan pula terhadap ajaran agama yang mereka anut bahwa bakti dan hormat kepada orang tua perwujudan dari rasa taqwa kepada Tuhan YME. Masyarakat Gorontalo nampaknya mementingkan juga nilai-nilai harmonis, tolong menolong, kerukunan baik di kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat luas.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:290-292)
6. Suku Bangsa Toraja
Toraja adalah salah satu suku bangsa yang berdiam di pulau Sulawesi. Sejak lama para ahli atau peneliti mempunyaiu pendapat yang berbeda tentang lingkup daerah dan lingkup keanggotaan suku bangsa Toraja.
Rambu Solo adalah upacara yang berkaitan dengan kematian. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual yang selalu menarik perhatian para pengunjung, seperti proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma‘palao). Upacara tersebut ada hubungannya dengan lapisan sosial seseorang, yang dilakukan oleh bangsawan lebih rumit dengan hewan korban yang lebih banyak dibandingkan dengan yang dilakukan oleh lapisan bawah. Dalam pelaksanaan tersebut timbul rasa gotong royong dan rasa tolong menolong antara masyarakat dalam pelaksanaan upacara tersebut akan muncul.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:878-888)
7. Suku Bangsa Bugis
Bugis merupakan salah satu suku bangsa asal jazirah selatan pulau Sulawesi. Suku bangsa Bugis sering disatukan namanya menjadi satu nama, yaitu Bugis-Makasar karena suku bangsa Makasar juga ada yang mendiami wilayah suku bangsa Bugis. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga bisa dikategorikan sebagai orang Bugis.
Sistem budaya Bugis adalah panngaderreng, yang menjadi etos dari panngaderreng adalah apa yang disebut siri’ atau dapat dikatakan sebagai harga diri atau martabat, nilai ini mendorong orang Bugis untuk bekerja keras, untuk tidak menjadi miskin, untuk tidak menjadi gagal, untuk tidak di nodai oleh pihak lain. Orang yang kehilangan harga diri atau siri’ dianggap sebagai bangkai hidup atau hidup tanpa harga diri adalah hidup tak punya arti. Untuk mempertahankan siri’ kadang-kadang mereka harus berhadapan dengan resiko yang tinggi, misalnya mengorbankan nyawanya.
Kepiawaian orang Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, merantau juga menjadi budaya orang Bugis yang pandai mengarungi samudra. Budaya merantau orang Bugis keinginan akan kebahagiaan dalam tradisi Bugis di raih melalui kemerdekaan.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997184-190)
wikipedia.org/wiki/suku_bugis
8. Suku Bangsa Makassar
Makassar adalah satu suku bangsa yang berada di Sulawesi Selatan. Suku bangsa makassar sering kali di satu kan menjadi satu nama dengan suku bangsa Bugis, yang ditulis dengan Bugis-Makassar sehingga keduanya terkesan sebagai satu suku bangsa. Penyatuan tentang Bugis dan Makassar di latar belakangi kebudayaan yang lebih banyak persamaannya.
Dalam keseluruhan kehidupan orang makassar terutama yang berada di desa-desa, masih banyak terikat pada sistem nilai dan norma-norma adat atau sistem budaya, yang disebut panngadakkang, sebagai acuan tingkah laku (1) ada’, merupakan semua usaha dalam memperistiwakan diri dalam kehidupan bersama dalam semua lapangan budaya. (2) bicara, yang terkait dengan konsep dan aktivitas peradilan atau hukum acara. (3) rappang, sama pengertian dengan undang-undang dalam arti yang luas. (4) wari’, adalah klasifikasi segala benda, peristiwa dan aktivitas dalam kehidupan masyarakat menurut kategori-kategorinya. (5) sara’, pranata-pranata yang berasal dari ajaran agama islam.
Siri’ na pacce merupakan prinsip hidup bagi suku Makassar. Siri’ digunakan untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang mau memperkosa harga dirinya, sedangkan pacce dipakai untuk membantu sesama anggota masyarakat yang ada dalam penderitaan
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:500-505)
wordpress.com/2007/11/28/falsafah-budaya-makassar/
9. Suku Bangsa Ambon
Ambon ialah suku bangsa yang berdiam di pulau Ambon, Haruku, Sapaarua, Nusalaut, dan Seram Barat, sebagai bagian dari wilayah Maluku Tengah privinsi Maluku. Nama orang Ambon sangat terkenal sehingga sehingga orang yang mendiami kepulauan Maluku itu sering disebut oleh orang luar sebagai “orang Ambon”.
Orang Ambon sangat giat dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Mereka memberi gambaran kehidupan dengan pola kerja keras misalnya, malam hari mereka melaut dan siang hari berkebun seolah tidak mengenal waktu istirahat. Petani sebagai sebagai pekerjaan sampingan para istri atau ibu-ibu juga ikut mencari nafkah, misalnya sebagai penjual ikan ( jibu-jibu ). Mereka menghabiskan waktu di pantai terutama malam hari untuk menunggu nelayan yang datang membawa ikan. Pada siang hari, mereka menghabiskan waktunya untuk menjual ikan di satu sisi mereka membantu meningkatkan penghasilan keluarga, tapi disisi lain membawa masalah pada pendidikan anaknya, karena anak-anakpun harus mengikuti ibunya ke pantai.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:27-33)
10. Suku Flores
Flores terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Suku bangsa Flores adalah merupakan percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis. Dikarenakan pernah menjadi Koloni Portugis, maka interaksi dengan kebudayaan Portugis sangat terasa dalam kebudayaan Flores, baik melalui Genetik, Agama, dan Budaya. Masyarakat Flores terikat dengan adat istiadat serta tata cara yang telah menjadi tradisi dari generasi ke generasi yang menjadikan sebagai masyarakat yang sangat menghargai budaya, etnis, agama, dan ras yang lain di dalam tatanan kehidupan dan bermasyarakat.
Pelapisan sosial masyarakat tergantung pada awal mula kedatangan penduduk pertama, karena itu dikenal adanya tuan tanah yang memutuskan segala sesuatu, membagi tanah kepada suku Mehen yang tiba kemudian, disusul suku Ketawo yang memperoleh hak tinggal dan mengolah tanah dari suku Mehen. Suku Mehen mempertahankan eksistensinya yang dinilainya sebagai tuan tanah, jadilah mereka pendekar-pendekar perang, yang dibantu suku Ketawo.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:271)
11. Suku Mbojo
Mbojo biasa disebut suku bangsa Bima. Mereka berdiam terutama di wilayah kabupaten Bima termasuk pulau Sangeang dan sebagian lainnya terletak di wilayah kabupaten Dompu di pulau Sumbawa propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Orang Mbojo memiliki tradisi kuat dalam berburu yang disebut nggala tengke. Hewan yang diburu adalah rusa. Kegiatan berburu ini dilaksanakan sekali dalam setahun bertujuan agar rusa tidak punah. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok dan dipimpin oleh satu orang sebagai pemberi aba-aba. Rusa hasil buruan digiring ke tepi laut untuk dimasak secara bersama-sama seluruh masyarakat suku Mbojo.
Kegiatan berburu ini mengandung nilai budaya yaitu sosial. Dimana masyarakat mbojo peduli dengan alam dan sesama makhluk hidup. Orang Mbojo berusaha menjaga kelestarian hewan yang sudah langka di Indonesia ini. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga ke-eratan kekerabatan antar anggota orang Mbojo. Kegiatan berburu rusa setahun sekali ini berhubungan dengan nilai seni karena setiap tahap penyembelihan rusa sampai tahap mengkonsumsi rusa mereka lakukan dengan cara-cara tertentu.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:535-539)
12. Suku Madura
Madura adalah kelompok etnik asal pulau Madura yang sebagian menetap juga daerah Pantai Utara Jawa Timur dan sementara yang lain tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan lain-lain. Orang madura juga dikenal sebagai perantau yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Mereka tersebar di berbagai wilayah, misalnya saja di wilayah yang disebut tapal kuda yaitu Pasuruan (bagian timur), Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. Di situ banyak orang Madura yang mendiami wilayah tersebut, selain di wilayah tersebut ditemukan juga orang Madura yang mendiami daerah di luar pulau Jawa dan Madura. Kebanyakan mereka sebagai pedagang di daerah perantauan.
Karapan sapi merupakan permainan rakyat Madura. Permainan ini mempunyai macam-macam aturan, melahirkan berbagai kebiasaan dengan latar belakang dan kepercayaan tertentu. Hal itu melahirkan perilaku di kalangan pemilik sapi, kerabatnya, dan lingkungan sosial lain yang lebih luas. Selain itu orang Madura terkenal dengan budaya caroknya untuk mempertahankan harga diri dan kehormatan dengan cara kekerasan yang mencakup kerabat atau keluarga.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:493-498)
13. Suku Bawean
Orang Bawean berdiam di Pulau Bawean dan terletak di Laut Jawa sekitar 80 mil sebelah utara Gresik yang terbagi atas dua Kecamatan yaitu, Sangkapura dan Tambak. Kekhasan Pulau Bawean ini memiliki suaka marga satwa rusa bawean yang langka di dunia.
Sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, orang Bawean juga dikenal dengan budaya merantau yang sudah berlangsung sejak 150 tahun yang lalu. Di Singapura mereka disebut orang Boyan. Orang Bawean menganggap kampung halaman mereka seolah-olah hanya untuk tempat lahir dan mati saja karena rata-rata mereka sangat lama diperantauan. Bagi orang Bawean keinginan merantau itu telah ditanamkan sejak kecil dan telah menjadi bagian dari budaya mereka.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:139-140)
14. Suku Cirebon
Orang Cirebon adalah salah satu sub kebudayaan yang ada di daerah propinsi Jawa Barat. Sumber lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan daerah Cirebon termasuk pula kabupaten Kuningan, kabupaten Majalengka, dan kabupaten Indramayu. Cirebon adalah salah satu pusat islam di Indonesia .
Kebudayaan yang lebih spesifik disini adalah berhubungan dengan nilai keagamaan yaitu islam. Orang Cirebon merupakan salah satu masyarakat yang cukup kuat mempertahankan kebudayaannya dari berbagai pengaruh luar, malah sebaliknya mereka malah memberi pengaruh kepada daerah-daerah sekitarnya sesuai dengan perananya sebagai pusat penyebaran budaya. Aspek pengetahuan dan Religi sangat berkaitan karena orang cirebon sangat kuat mempertahankan budayanya dan menyebarkan kekhasan budayanya.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:210-211)
15. Suku Bangsa Sunda
Sunda adalah salah satu suku bangsa yang mendiami sebagian besar wilayah provinsi Jawa Barat dan merupakan penduduk asli daerah itu. Wilayah orang Sunda itu biasa disebut sebagai Tatar Sunda atau Tanah Pasundan. Orang Sunda hidup bertetangga dengan beberapa kelompok lain, misalnya kelompok orang Banten, cirebon dan orang Baduy. Ketiga kelompok ini memiliki unsur persamaan budaya tertentu dengan orang Sunda disamping ada variasinya.
Orang Sunda sangat menjaga hubungan antara sesama kerabat sehingga terjalin erat. Hidup berkumpul dengan sesama kerabat dianggap sangat penting dan yang disertai tanggung jawab pada sesama kerabat untuk saling menjaga. Nilai-nilai moral juga dianggap sesuatu yang baik yang diaktualisasikan dengan tingkah laku dalam kehidupan sosial dan ditransformasikan orang tua kepada anak-anaknya. Dalam masyarakat Sunda ada prinsip-prinsip yang mendasari proses sosialisasi dalam membentuk individu yang bermoral, yaitu cageur (sehat), begeur (baik), bener (benar), Pinter (cerdas). Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan tetapi mereka dapat bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional. Karakter orang Sunda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam kebudayaan Sunda; Kabayan dan Cepot. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak akal.
.
Daftar Pustaka
Melalatoa (1997:800-808)
Kalo yg putih ga di warnain, itu maksudnya apa bang?
BalasHapusKalo yg putih ga di warnain, itu maksudnya apa bang?
BalasHapus